Lemak-lemak itu telah pergi

Adakah hubungan antara lemak tubuh dan Ramadhan? ow, tentu ada, terutama buatku . Hari pertama Ramadhan cukup berat ku lalui. Penyesuainan tubuh terhadap jadwal makan membuat tubuhku sempat ngedrop. Gejalanya menyerupai darah rendah dan hipoglikemia (kurang gula darah). Alhamdulillah hari pertama sukses. Memasuki hari ke-empat, badan rasanya mulai ringan dan terbiasa, tubuh sudah bisa beradaptasi. Makan 2 kali sehari dengan sedikit tidur (tidur malam rata-rata 3-3,5 jam). Porsi nasi dikurangi 1/2 bagian. Porsi sayur dan lauk ditambah 1/2 bagian. Berusaha untuk mengurangi meniadakan konsumsi santan dan minyak berlebihan karena terlalu banyak membuat asam lambung berproduksi lebih banyak. Udah hari ke-empat aku tidak memasukkan menu berbuka dengan kolak, apalagi es kolak yang lemak dalam santannya membeku karena es, sehingga memungkinkan terjadinya penumpukan lemak di tubuh. selain itu, es kolak sulit dicerna lambung, lambung membutuhkan waktu lama untuk mencernanya.

Yang kulakukan ketika berbuka adalah setelah adzan, ambil sedikit air putih untuk dikumur dan ditelan. Karena seharian gak makan otomatis bakteri dalam mulut yang seharian menumpuk di rongga mulut. Kondisi ini dapat dimanfaatkan untuk melancarkan pencernaan dengan cara berkumur dan ditelan.

Kedua, ambil minuman manis dan hangat seperti teh. Umumnya suhu tubuh naik karena seharian tidak minum air, maka aku memutuskan untuk menyesuaikan tubuh dengan minuman hangat dan manis yang mudah diserap tubuh. Kalori tubuh yang terkuras seharian dapat segera digantikan dengan kurma dan teh segelas manis.

ketiga, Sholat magrib. Segelas teh manis hangat dan kurma membuat perutku kenyang seketika. Gak baik kalo segera ditumpuk dengan makanan apalagi dengan karbohidrat kompleks seperti nasi. Sambil memberi kesempatan si lambung mengolah teh manis dan kurma menjadi kalori, aku memutuskan sholat magrib daripada bengong. Lagipula kalo buru-buru dikasih makanan seperti gorengan atau kue lainnya, ujung-ujungnya perut jadi penuh, sholat magribnya telat

Setelah sholat magrib biasanya [erut sudah lumayan kosong. Saat seperti ini mulai deh diisi sama makanan lumayan berat seperti kue, gorengan, es buah, dll. Kalo aku sih tetep aja No Kolak

Makan nasi kapan donk?

sekitar jm 8-an atau selepas isya. Kebetulan aku gak ikutan sholat tarawih di masjid. Biasanya aku tidur dulu. Baru tarawih lewat tengah malam. Memang sejarahnya kan sholat tarawih itu adalah sholat malam di bulan Ramadhan. Jadi ya aku pindahkan aja waktunya. Itu pun baru 3 tahun ini aku menjalaninya. Sebelum-sebelumnya sih di musholla atau masjid. Cuman aku sering ndak cocok sholat di musholla atau masjid itu tarawihnya ngebut. 100 km/jam, bahkan ada yang 120 km/jam. Jarang ada imam tarawih yang bacaanya dilambatkan dengan gerakan yang lambat pula. Yang ada cuman capek doank 😦

Daaan hubungan dengan lemak tadi, dengan pola makan dan jam tidur yang demikian, lemak-lemak di tubuhku pergi terutama di bagian perut. Ternyata Ramadhan merupakan bulan yang tepat untuk membuang lemak berlebihan dan detoks (mengeluarkan racun dari dalam tubuh). Coba aja kalo gak ada shaum Ramadhan, bisa-bisa tubuhku melar gak karuan. Alhamdulillah, inilah hikmah dari shaum Ramadhan. Tubuh jadi jiwa dan raga fresh kembali.

Jadwal mengajar tetep seperti semula dengan durasi waktu yang sama, tidak dikurangi. Justru malah nambah semangat. Selain itu aku lebih suka berjalan kaki menuju tempat mengajar. Sekalian olahraga sore. Biar ndak ngantuk, hehe.

Demikian curhat lemak seputar Ramadhan, semoga bisa diambil manfaatnya ya,

=============================

Tadi waktu mbaca teh manis, kurma, es campur, gorengan, da temen2nya, gak pada “banjir” kan?, awas tuh mulut penuh

maap. gak bermaksud 🙂

Postingan di atas berdasarkan pengalaman sendiri selama 3 tahun terakhir, sedangkan profesiku bukan dokter atau ahli gizi. Kebetulan dulu pernah ambil mata kuliah biokimia dan kimia organik, dari teori-teori tersebut coba aku manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, maap ya kalo tidak sesuai dengan pengalaman pembaca. Seaandainya ada salah satu pembaca yang dokter atau ahli gizi, mohon tulisan saya diralat atau diberi masukan, terima kasih ya 🙂